Bagi nelayan dan pemilik perahu, pemilihan mesin tempel bukan sekadar soal tenaga, tetapi juga soal biaya operasional jangka panjang. Mesin tempel solar kini semakin diminati karena dianggap lebih hemat dibandingkan mesin berbahan bakar bensin. Dengan harga solar yang lebih murah serta efisiensi pembakaran yang lebih baik, banyak pengguna merasa terbantu dalam menekan biaya harian mereka.
Selain faktor bahan bakar, mesin tempel solar juga memiliki karakteristik khusus yang membuatnya lebih tahan lama dan lebih ekonomis. Artikel ini akan menguraikan 8 alasan utama mengapa mesin tempel solar lebih hemat dibandingkan mesin bensin, lengkap dengan data, contoh nyata, serta penjelasan teknis yang relevan untuk nelayan, pemilik perahu, maupun pengguna mesin tempel lainnya.
1. Harga Solar Lebih Murah Dibandingkan Bensin
Perbandingan paling nyata adalah dari sisi harga bahan bakar. Di Indonesia, harga solar subsidi berkisar sekitar Rp 6.800–7.000 per liter, sementara harga bensin jenis Pertalite berada di kisaran Rp 10.000–10.500 per liter, dan Pertamax lebih mahal lagi. Artinya, selisih harga bisa mencapai 30–40 persen per liter.
Bagi nelayan yang menghabiskan rata-rata 5–10 liter bahan bakar per hari, selisih harga ini jelas berdampak besar pada pengeluaran bulanan. Misalnya, penggunaan 200 liter per bulan akan menghemat Rp 600.000–800.000 hanya dari perbedaan harga bahan bakar.
2. Konsumsi Bahan Bakar Lebih Efisien
Mesin tempel solar dikenal lebih efisien dalam mengubah energi bahan bakar menjadi tenaga dorong. Rata-rata mesin solar 10 HP hanya mengonsumsi sekitar 0,7–1 liter per jam, sementara mesin bensin dengan tenaga setara bisa menghabiskan 1,2–1,5 liter per jam.
Efisiensi ini membuat mesin solar tidak hanya hemat karena harga bahan bakarnya lebih murah, tetapi juga karena volume yang dibutuhkan lebih sedikit. Bagi nelayan yang melaut 5–6 jam per hari, penghematan bahan bakar bisa mencapai 30–40 liter per bulan.
3. Torsi Besar pada Putaran Rendah
Salah satu alasan utama nelayan memilih mesin tempel solar adalah torsinya yang kuat di putaran rendah. Torsi besar ini membuat mesin tidak perlu bekerja terlalu keras untuk mendorong perahu bermuatan penuh.
Bandingkan dengan mesin bensin yang membutuhkan putaran lebih tinggi untuk menghasilkan tenaga yang sama. Semakin tinggi putaran, semakin banyak bahan bakar yang dikonsumsi. Mesin solar lebih hemat karena tetap bertenaga meski berputar pada rpm rendah.
4. Daya Tahan Lebih Panjang, Minim Perbaikan
Mesin diesel (solar) dirancang dengan konstruksi yang lebih kokoh dibanding mesin bensin. Komponen seperti piston, blok mesin, dan crankshaft dibuat lebih tebal dan tahan panas.
Menurut data teknis, mesin solar rata-rata bisa bertahan hingga 8.000–10.000 jam operasi sebelum overhaul besar, sedangkan mesin bensin biasanya hanya bertahan 5.000–6.000 jam. Dengan masa pakai yang lebih panjang, biaya perbaikan dan penggantian mesin otomatis lebih hemat.
5. Perawatan Lebih Mudah dan Murah
Meskipun mesin tempel solar terdengar lebih rumit, kenyataannya perawatannya relatif sederhana. Komponen seperti busi yang sering menjadi masalah di mesin bensin tidak ada di mesin solar.
Perawatan rutin mesin solar hanya meliputi penggantian oli sesuai jadwal, membersihkan filter bahan bakar, dan mengecek sistem pendinginan. Jika dihitung, biaya perawatan tahunan mesin solar bisa lebih rendah 20–30 persen dibanding mesin bensin.
6. Lebih Aman di Laut
Faktor keamanan juga ikut mendukung efisiensi. Solar memiliki titik nyala yang lebih tinggi dibanding bensin, sehingga risiko kebakaran di perahu jauh lebih kecil.
Nelayan sering membawa peralatan masak, lampu, dan bahkan rokok saat melaut. Dengan bahan bakar solar, risiko kebakaran lebih rendah, sehingga tidak perlu menanggung kerugian besar akibat kecelakaan. Hemat bukan hanya soal uang, tetapi juga soal keselamatan kerja.
7. Nilai Jual Kembali Lebih Tinggi
Mesin tempel solar umumnya memiliki nilai jual kembali lebih tinggi. Hal ini karena daya tahannya sudah terbukti, serta permintaan di pasar nelayan dan transportasi air selalu tinggi.
Mesin bensin bekas biasanya turun harga hingga 40–50 persen setelah 3 tahun pemakaian, sementara mesin solar bisa tetap bernilai hingga 60–70 persen dari harga baru. Dengan demikian, total biaya kepemilikan mesin solar lebih rendah dalam jangka panjang.
8. Hemat untuk Jarak Tempuh Jauh
Nelayan yang melaut jauh dari pantai akan lebih diuntungkan dengan mesin solar. Karena lebih irit, mereka tidak perlu membawa terlalu banyak bahan bakar.
Sebagai contoh, mesin bensin 15 HP mengonsumsi sekitar 1,5 liter per jam sehingga untuk 10 jam melaut dibutuhkan 15 liter. Mesin solar 15 HP hanya mengonsumsi sekitar 1 liter per jam sehingga cukup 10 liter untuk waktu yang sama. Perbedaan 5 liter per perjalanan ini jika dikalikan 20 kali melaut dalam sebulan bisa menghemat hingga 100 liter bahan bakar, atau sekitar Rp 1 juta.
Kesimpulan
Dari perbandingan di atas, jelas bahwa mesin tempel solar jauh lebih hemat dibandingkan mesin bensin. Harga solar yang lebih murah, konsumsi bahan bakar lebih irit, torsi kuat, perawatan sederhana, hingga daya tahan mesin yang lebih lama membuatnya menjadi pilihan ideal untuk nelayan maupun pemilik perahu.
Meskipun harga awal mesin tempel solar cenderung lebih tinggi dan bobotnya lebih berat, penghematan yang diberikan dalam jangka panjang jauh lebih besar. Bagi siapa pun yang mengutamakan efisiensi biaya dan ketahanan, mesin tempel solar adalah investasi yang bijak.